Tampilkan postingan dengan label Sesak Napas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sesak Napas. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 September 2024

KENALI GEJALA PNEUMONIA ATAU RADANG PARU-PARU DAN CARA MENGOBATINYA


 

Apa Itu Pneumonia (radang paru-paru)?

Menurut UNICEF/WHO, radang paru-paru atau pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik memengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 15 persen kematian anak-anak usia balita di seluruh dunia terkait dengan pneumonia. Meskipun demikian, pneumonia bisa menimpa orang dewasa dengan dampak yang lebih kurang sama.

Faktor Risiko dan Penyebab Pneumonia

Pneumonia tidak hanya bisa menimpa orang dewasa, pneumonia juga bisa menimpa anak-anak. Meskipun demikian, penyakit yang dikenal juga dengan sebutan paru-paru basah ini sangat rentan menyerag anak-anak dan lansia, terutama yang mengidap penyakit paru-paru kronis.

Berikut beberapa orang yang masuk dalam kategori paling berisiko terkena pneumnoia adalah:

* Perokok aktif

* Memiliki riwayat stroke

* Bayi berusia 0-2 tahun, dan lansia di atas usia 65 tahun

* Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan masalah pada sistem imun, seperti steroid, konsumsi antibiotik dalam jangka panjang , dan lainnya

* Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, dan penyakit kronis lainnya

* Sedang menjalani kemoterapi. Kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga virus dan bakteri mudah menyerang.

Mengenai penyebabnya, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sementara untuk orang dewasa, penyebab pneumonia paling sering terjadi karena bakteri.

Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan sebutan virus corona, penyebab COVID-19. Dibandingkan dengan kondisi lainnya, pneumonia akibat ifnfeksi virus corona jauh lebih berbahaya.

Jika mengalami gejala pneumonia, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah pneumonia yang dialami terkait COVID-19 atau tidak.

Gejala Pneumonia

Pada dasarnya, gejala pneumonia hampir sama dengan masalh paru-paru lainnya, di antaranya batuk dengan intensitas tinggi dan disertai dahak. Selain itu, dilansir dalam Mayo Clinic, berikut beberapa gejala umumnya yang terjadi saat anda mengalami pneumonia:

* Demam tinggi, suhu tubuh mencapai lebih dari 38 derajat celcius

* Dada terasa sakit dan sulit bernapas

* Penurunan nafsu makan

* Berkeringat

* Menggigil

* Detak jantung terasa cepat

Selain gejala umum, ada juga gejala pneumonia lainnya yang cukup jarang terjadi namun bisa saja muncul sebagai gejala penyerta dari pneumonia adalah:

* Batuk disertai darah

* Nyeri sendi dan otot

* Lemas dan lelah

* Kepala sakit

* Mual dan muntah

Gejala tersebut umumnya akan terjadi selama 1-2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing.

Cara Mengobati Pneumonia

Cara mengobati pneumonia harus disesuaikan dengan penyebab utama serta tingkat keparahannya. Dalam kondisi yang tidak terlalu parah, pneumonia akibat infeksi infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik , baik lewat oral maupun cairan infus.

Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus, cara pengobatannya bisa dengan mengkonsumsi obat anti virus, seperti zanamivir (ralenza) atau oesltamivir (Tamiflu).

Terkadang dokter akan memberikan beberapa obat tambahan untuk meringankan gejala pneumonia, seperti obat pereda nyeri, penurun panas, hingga obat batuk. Jika anda mengalami gejala sesak napas atau kesulitan bernapas, dokter akan memasangkan alat bantu napas atau ventilator.

Pneumonia tidak bisa dianggap enteng. Maka dari itu semua proses pengobtanya sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan intensif, sekaligus mencegah risiko komplikasi yang lebih parah.

Lalu jika anda bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut ini:

* Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

* Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.

* Jauhi rokok, minuman beralkohol, dan juga jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.

Selain itu, anda juga dapat mencegahnya dengan cara di vaksin. Dilansir dalam CDC, beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin flu, PVC, cacar. Sementara untuk anak adalah pneumococcal conjgate vaccine (PVC13).

Sebagai alternatif, anda bisa memilih pneumococcal polysaccharide vaccine (PVC 23) yang bisa diberikan untuk semua usia, mulai dari 2-60 tahun. Beberapa vaksin mungkin perlu di ulang, jadi pastikan anda untuk meminta informasi yang detail kepada dokter.

Apa bila anda masih bingung harus melakukan vaksin pneumonia di mana, Fasilitas kesehatan terdekat adalah solusinya. Pastikan anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis paru, untuk memperoleh diagnosis dan penanganan medis yang secara cepat dan tepat. 

Senin, 02 September 2024

MENGENAL PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DAN PENGOBATANYA

Gambar Menggunakan alat bantu pernapasan

 


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang. PPOK umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek). PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada perokok aktif dan perokok pasif.

Dua kondisi ini yang paling sering berkembang menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema. Pada bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran pernapasan (bronkus). Sedangkan pada emfisema, kerusakan terjadi pada kantung paru-paru.

PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) lebih sering menyerang orang yang usia paruh baya yang merokok. seiring waktu, penyakit ini akan memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru.

Selain itu, penyakit paru obstruktif kronis juga meningkatkan risiko penderitanya terkena COVID-19. Menurut sebuah penelitian, penderita PPOK memiliki risiko 5 kali lipat lebih tinggi terkena COVID-19 daripada orang yang tidak menderita PPOK.

Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-paru rusak serta mengalami peradangan. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini antara lain:

    * Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)

    * Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau asap pabrik dan industri, bahkan sebagai salah satu efek dari global warming

    * Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin(AAT)

    * Memiliki keluarga denga riwayat PPOK

    * Berusia 40 tahun

Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukan gejala khusus pada tahap awal. Gejalanya baru muncul setalah bertahun-tahun ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru.

Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK adalah:

    * Napas tersengal-sengal, terutama saat melakuka aktivitas fisik berlebih.

    * Batuk tidak kunjung sembuh yang disertai dahak

    * Berat badan menurun

    * Mengi (bengek)

    * Nyeri dada

    * Lemas

    * Pembengkakan di tungkai

Kapan Harus ke Dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter apabila mengalami gejala di atas, terutama jika disertai dengan keluhan sebagai berikut:

    * Demam

    * Jantung berdebar-debar

    * Bibir dan ujung jari berwarna kebiruan

    * Napas tersengal sampai tidak bisa berbicara

    * Linglung dan sulit berkonsentrasi

Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pada pasien, termasuk mencari tahu faktor pemicu yang mempengaruhi PPOK. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada paru-paru dengan menggunakan stetoskop.

Untuk memastika diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini:

    * Tes fungsi paru-paru, (spirometri), untuk mengukur volume udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh pasien, serta untuk mengetahui apakah paru-paru dapat mengirimkan oksigen dalam jumlah cukup ke dalam darah.

    * Tes darah, untuk mengukur kadar protein alpha-1-antitrypsin dalam darah dan menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti anemia atau polisitemia.

    * Analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah.

    * Pemindaian dengan foto Rontgen dan CT scan, untuk mendeteksi emfisema atau gangguan lain di paru-paru.

Selain tes-tes di atas, dokter juga dapat melakuka pemeriksaan lain untuk menentukan tingkat keparahan PPOK yang diderita pasien. Pemeriksaan tersebut dapat berupa:

    * Elektrokardiogram (EKG) DAN USG jantung (ekokardiogram), untuk memeriksa konduksi listrik dan struktur jantung.

    * Tes sampel dahak, untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi bakteri atau jamur.

Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, dokter dapat melakukan pengobatan untuk membantu meredakan gejala dan menghambat perkembangan penyakit ini. Tujuannya adalah agar pasien bisa beraktivitas dengan normal.

Berikut ini adalah beberapa metode penanganan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK):

1. Obat-obatan

Obat yang biasanya digunakan untuk meredakan gejala PPOK adalah obat hirup (inhaler) berupa:

    * Bronkodilator, seperti umeclidinium, aclidinium, salbutamol.

    * Kortikosteroid, seperti fluticasone dan budesonide

Tergantung pada kondisi pasien, dokter dapat meresepkan obat-obatan di atas sebagai obat tunggal atau obat kombinasi.

Jika obat hirup belum dapat meredakan gejala PPOK, dokter akan meresepkan obat minum berupa kapsul atau tablet, seperti:

    * Teofilin, untuk mengurangi pembengkakan di saluran napas.

    * Mukolitik, seperti ambroxol

    * Penghambat enzim fosfodiesterase-4, seperti roflumilast, untuk melegakan saluran napas.

    * Kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan di saluran pernapasan.

    * Antibiotik, jika terdapat tanda-tanda infeksi paru.

2. Terapi Oksigen

Terapi oksigen ini bertujuan untuk memberikan pasokan oksigen ke paru-paru dengan menggunakan tabung oksigen yang portable yang bisa dibawa kemana aja.

3. Rehabilitasi Paru

Rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada bertujuan untuk mengajarkan pasien pola makan yang tepat, serta untuk memberikan dukungan secara emosional dan psikilogis.

4. Alat Bantu Napas

Jika gejala cukup serius, pasien harus menggunakan alat bantu napas berupa mesin ventilator. Ventilator adalah mesin pemompa udara untuk membantu pasien bernapas.

5. Operasi

Operasi dilakukan jika gejala PPOK tidak dapat diredakan dengan obat-obatan atau terapi. Jenis operasi yang dapat dilakukan antara lain:

    * Operasi pengurangan volume paru-paru

Operasi ini bertujuan untuk mengangkat sebagian dari bagian paru0paru yang sudah rusak sehingga jaringan paru-paru yang sehat bisa berkembang.

    * Transplantasi paru-paru

Transplantasi paru-paru adalah operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan paru-paru sehat dari pendonor.

    * Bullektomi adalah operasi untuk mengangkat kantong udara (bullae) yang terbentuk akibat rusaknya alveolus, agar aliran udara menjadi lebih baik.

Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis menyebabkan penderitanya sulit bernapas. Bila terus dibiarkan, penderita juga dapat mengalami komplikasi serius, seperti:

    * Gagal napas

    * Sleep apnea

    * Diabetes

    * Demensia

    * Hipertensi

    * Berat badan menurun secra drastis

    * Malnutrisi

    * Pneumonia

    * Kanker paru-paru

    * Atrial fibriasi

    * Gagal Jantung

Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif 

PPOK merupkan penyakit yang dapat dicegah. Cara utama yang harus dilakukan adalah berhenti merokok dan hindari asap rokok. Jika anda perokok aktif, segeralah berhenti merokok agar anda dapat terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi dikemudain hari.

salam sehat untuk semua...

terimkasih...

Featured Post

KENALI GEJALA PNEUMONIA ATAU RADANG PARU-PARU DAN CARA MENGOBATINYA

  Apa Itu Pneumonia (radang paru-paru)? Menurut UNICEF/WHO, radang paru-paru atau pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut da...